Usai Bela LGBTQ, Arvindo Noviar Kini Sebut Nabi Muhammad Aslinya Bukan Keturunan Orang Arab: Beliau Diarabkan
Arvindo Noviar melalui sebuah cuitannya di media sosial Twitter menyebut bahwa Nabi Muhammad Saw aslinya bukanlah keturunan orang Arab.
Menurut ketum Partai Rakyat itu, bahwa Nabi Muhammad Saw diarab-arabkan atau terarabkan.
“Padahal Rasulullah Muhammad SAW aslinya bukan keturunan arab kok. Beliau diarabkan/terarabkan,” tulis Arvindo Noviar, dikutip dari cuitannya di akun @arvindonoviar, Minggu 29 Mei 2022.
Lantas, cuitan Arvindo Noviar tersebut diserbu oleh netizen yang tidak sependapat dengan ketum Partai Rakyat tersebut.
“Astagfirullah belajar dmn sih kau bung. Ank2 Tk aj tau klo Nabi Shallallahu alaihi wa sallam adalah org arab asli, suku qurays keturunan jelas..Mkny coba baca shiroh biar tau silsilah Rasulullah.. Malu2in. Bhkn org yahudi dn Nasrani aj tau bgt klo nabi org Arab asli…” komentar Netizen.
“Anda kalau membuat opini sertakan dalil dan rujukannya, saya mau belajar. Monggo pak saya tunggu lanjutannya sejarah kelahiran Rasulullah SAW @arvindonoviar,” komentar Netizen.
Sebelumnya, Arvindo Noviar juga membuat pernyataan yang mengarah kepada dukungan keberadaan LGBTQ, sehingga dalam hal ini, dia akan menggugat siapapun yang mengkriminalisasi LGBTQ.
Arvindo Noviar menegaskan bahwa dirinya akan menggugat berkali-kali kepada siapapun yang mengganggu LGBTQ dan keberagaman gender.
Menurutnya, pihak yang mengkriminalisasi tidak memahami Pancasila.
“Siapapun yang ingin mengkriminalisasi keberagaman gender pastilah tidak memahami Pancasila dan tidak memiliki rasa hayat sejarah!.” tulis Arvindo Noviar.
“Yang coba-coba kriminalisasi LGBTQ+ / keberagaman gender akan saya gugat berkali-kali. Liberalisme (hanya) diizinkan di ruang privat,” tambahnya.
Selain itu, dia juga menyinggung para intelektual dan cendikiawan Indonesia untuk menunjukkan data demografi LGBTG yang ada di Indonesia.
Ketum Partai Rakyat itu menyebut bahwa solusi apa yang harus diberikan untuk para LGBTQ jika para cendikiawan saja tidak mampu menunjukkan data demografi LGBTQ.
“Kepada kalian para intelektual dan cendekiawan, berdasarkan dari data demografi, berapakah jumlah LGBTQ+ yang ada di Indonesia? Jika kalian anggap LGBTQ+ adalah masalah, lalu solusi apa yang cukup akurat jika data demografi saja kita tidak punya?” tulis Arvindo Noviar. [terkini]