Fenomena SBY 2004 Bakal Berulang kembali di Pilpres 2024
Daftar Isi
KONTENISLAM.COM - Fenomena 2004 ada Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY “dikucilkan” dari kabinet Megawati Soekarnoputri. SBY mundur dari Menteri Koordinator Politik dan Keamanan. Dianggap tak “pamit” ke Megawati Soekarnoputri, Presiden ketika itu, karena ingin nyapres.
SBY merasa dikucilkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. SBY merasa tak dilibatkan dalam pembahasan tentang PP Kampanye Pejabat Tinggi Negara.
Alasan Istana ketika itu karena SBY ada di Beijing. ‘Ketegangan’ antara kubu SBY dan Megawati pun dimulai. Taufiq Kiemas menyebut SBY, “jenderal kok kayak anak kecil”.
Sejak tahun 2003 santer terdengar SBY bakal maju di Pilpres 2004. Kesan “dizalimi” berkah bagi SBY. Dukungan mengalir deras. Popularitas dan elektabilitas SBY makin moncer.
SBY menang pilpres langsung pertama dalam sejarah Indonesia. Menang mutlak di putaran kedua melawan Megawati Soekarnoputri. SBY menang mutlak 60,62 persen atau 45,98 persen dari pemilih terdaftar. Angka golput 22,56 persen.
Partai Demokrat, partainya SBY, mencetak rekor baru sebagai partai baru yang berhasil mendapat 8.455.225 suara atau 7,45 persen dari total 113.462.414 suara sah.
Fenomena SBY mirip-mirip dengan fenomena Anies Rasyid Baswedan hari ini. SBY “dizalimi” dan “dikucilkan”. Sementara Anies Rasyid Baswedan “dizalimi” melalui kasus Formula E dan jejaknya “dihapus” di Jakarta.
Deaniesasi alias penghilangan jejak Anies Rasyid Baswedan di Jakarta pascapurna tugas sebagai Gubernur DKI Jakarta sangat kentara. Mulai dicopotnya Sekretaris Daerah, Direksi dan Komisaris BUMD yang dikenal dekat dengan Anies Rasyid Baswedan juga dicopot. Hingga penggantian logo dan slogan Jakarta. Termasuk penghapusan nama Anies Rasyid Baswedan di lapangan Ingub Klender, Jakarta Timur.
Upaya “kriminalisasi” dan penghapusan jejak terhadap Anies Rasyid Baswedan menuai berkah. Dukungan terhadap Anies Rasyid Baswedan bukannya melemah. Justru terjadi sebaliknya. Gelombang dukungan terhadap Anies Rasyid Baswedan mengalir deras.
Mungkin itu pula alasan mengapa NasDem, partai koalisinya pemerintah Jokowi-Ma’ruf, berani mendeklarasikan Anies Rasyid Baswedan sebagai calon presiden pada 3 Oktober 2022 yang lalu.
NasDem ingin seperti Partai Demokrat di tahun 2004. Partai Demokrat lolos ke Senayan dengan modal awal 7,45 persen. Dengan mendukung Anies Rasyid Baswedan, NasDem berharap “berkah” runner-up atau juara Pileg 2024.
Sedangkan bagi Partai Demokrat, PKS dan Partai Ummat berharap hal yang sama. “Berkah” efek ekor jas dari mendukung calon presiden Anies Rasyid Baswedan. Calon presiden yang digadang-gadang menang seperti SBY di tahun 2004.
Wallahua’lam bish-shawab
Purwakarta, 28 Rajab 1444/18 Februari 2023
Tarmidzi Yusuf, Ketua Umum JABAR MANIES
Sumber: kba