Anies Baswedan Beber Soal Sumber Dana Keliling Indonesia
Daftar Isi
KONTENISLAM.COM - Bakal calon presiden (Bacapres) Anies Rasyid Baswedan dari Koalisi Perubahan menyebutkan, selama ini pihaknya berkeliling ke daerah-daerah di mana penyelenggaraannya dilakukan oleh Partai NasDem.
“Itu klir. Jadi transportasi segala macam ketika di sana, maka DPW Partai NasDem di lokasi itu yang menyediakan semuanya. Jadi itulah yang selama ini terjadi,” kata Anies seperti dikutip KBA News, Sabtu, 4 Maret 2023.
Hal tersebut disampaikan bakal capres Koalisi Perubahan yang didukung tiga partai terdiri NasDem, PKS, dan Partai Demokrat, dalam wawancara eksklusif bersama Febby Mahendra Putra, Direktur Pemberitaan Tribun Network yang tayang di kanal YouTube @Tribunnews pada Jumat malam, 3 Maret 2023.
“Banyak orang awam bertanya, Pak Anies bukan pengusaha, sudah tidak lagi menjabat (Gubernur DKI Jakarta), keliling kesana kemari butuh duit loh Pak. Orang banyak bertanya, lalu Pak Anies dapat modal, dapat support dari mana?” tanya Febby.
Dan Anies mejawabnya secara gamblang. “Tapi Pak Anies keluar duit pribadi enggak ya?” sambung Febby kembali menanyakan.
“Kami ada beberapa pribadi yang membantu operasional tim, operasional support internal kami, itu ada. Ada orang-orang yang membantu,” tutur Anies.
Tapi untuk event-event atau kegiatan-kegiatan itu, demikian lanjut Anies, hampir selalu panitia lokal yang menyiapkannya. “Kita tanggung jawab sampai di sana, begitu sampai di sana maka panitia lokal yang mengerjakan,” imbuhnya.
Febby lantas bertanya, apakah Anies pernah berhitung untuk running sampai kemudian selesai. “Itu estimasi butuh duit berapa Pak?”.
“Sebenarnya ini adalah salah satu hal yang suatu saat harus dikelola dengan negara,” sebut Anies seraya menegaskan ini salah satu hal yang penting sekali untuk diatur.
Mengapa? Karena kita menginginkan agar proses politik ini memberikan kesempatan yang setara kepada semua. Dikatakan Anies, kalau dirinya tidak ada yang mendukung secara finansial tentu juga tidak bisa bergerak.
“Karena tidak mungkin, karena itu banyak yang memodali sendiri untuk bekerja. Banyak yang sudah berbisnis lalu masuk pada wilayah politik. Nanti lama-lama tidak ada lagi orang yang bisa masuk ke wilayah politik bila tidak punya modal yang besar,” tandasnya.
Menurut mantan menteri era pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) ini, hal tersebut adalah fenomena umum di banyak negara demokrasi baru, karena yang diatur baru sistem elektoralnya, baru aturan mainnya. Belum pada unsur financing partai, financing demokrasi.
“Ini PR harus dibereskan. Jadi segalanya itu ada perhitungannya. Aspek ini termasuk yang bisa diperhitungkan, bisa disiapkan,” ujar mantan Rektor Universitas Paramadina ini.
Oleh karena itu, menurut Anies ini salah satu hal yang ke depan proses reformasi kita harus dituntaskan.
“Kita sudah melakukan liberalisasi partai, sudah melakukan reformasi proses pemilihan, sudah melakukan demokratisasi kewenangan dari pusat ke daerah. Nah yang perlu diteruskan adalah demokratik financing. Ini kita bisa banyak contoh yang dilakukan,” imbuhnya.
Lantas Febby menyinggung, ada orang mengatakan bahwa pemilihan presiden atau apapun pemilihan di Republik ini mahal, ongkosnya besar sehingga para peserta kontesasi ini terkungkung oleh balas budi untuk mengembalikan bantuan-bantuan ini.
“Menurut Pak Anies gimana sih ini? Apa memang seperti itu Pak? Jadi nanti pemimpin-pemimpin kita itu karena dapat banyak bantuan finansial karena enggak mungkin karena mahal sekali, lalu dia terikat untuk melakukan balas jasalah kayak gitu. Menurut Pak Anies setuju enggak dengan orang berpendapat seperti ini?” tanya Febby.
“Pak Febby bertanya kepada orang yang pernah mengalami dukungan. Jadi saya bukan penganalisa, saya cerita pengalaman saja,” kata Anies seraya lebih lanjut dirinya menceritakan pengalamannya saat maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dulu.
“Saya ketika dicalonkan sebagai calon gubenur itu gotong royong semua, macem-macem. Ada yang saya tahu, ada yang saya tidak tahu. Semua memberikan. Dan kepada semua saya sampaikan bahwa kita ingin Jakarta lebih baik ya? Jadi tanggung jawab moralnya itu saya kepada rakyat kebanyakan. Itu yang harus ditunaikan,” tuturnya.
“Jadi saya bukan berandai-andai kalau besok bagaimana. Saya sudah bekerja, menjalani ini. Dan kalau benar ya dibilang benar, kalau salah dibilang salah. Dan sampaikan penjelasannya,” sambungnya.
Menurut Anies, justru kita sekarang itu harus mendorong membuat Republik ini menjadi lebih baik. “Dan hampir selalu orang itu berkeinginan ada kesempatan yang setara,” tandasnya.
Negara hadir tidak memberikan pada satu dan dua, lalu tiga dan empat tidak dapat. “Kita ingin kesetaraan itu ada. Kita ingin kepastian hukum, kita ingin prediktibility. Jadi yang dijanjikan untuk dibangun adalah suasana itu,” imbuhnya.
“Itulah sebabnya waktu sempat ramai ada surat saya menandatangani surat utang dan lain-lain, itu di situ saya sampaikan, begini ya kalau saya menang maka saya enggak harus bayar ya. Kenapa? Karena pembiayaan ini adalah untuk kita mengusahakan Jakarta lebih baik,” sambungnya.
“Tapi kalau saya kalah, ya saya akan bekerja di private sector. Saya akan cari usaha dan konsekuensinya saya harus kerja keras untuk mengembalikan. Kenapa? Karena yang ada dalam benak kami, ya kita ingin Jakarta lebih baik. Jadi kira-kira begitu,” demikian Anies.
Sumber: kba