Melintasi Ruang dan Waktu dengan Dzikir Pagi
Daftar Isi
Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil.*
*Penulis Lepas Yogyakarta
Zikir pagi adalah zikir yang dilaksanakan pada pagi hari, tepatnya setelah fajar menyingsing hingga terbitnya matahari atau biasa disebut syuruq. Menggunakan pedoman atau tuntunan zikir, yang merupakan sesuai dengan materi zikir Nabi, zikir pagì juga diperintahkan Allah langsung dalam al-Qur’an seperti terhadap Nabi Zakariya yang tercantum dalam Qur’an Surat Ali Imraan ayat 29. Zikir waktu pagi yang biasa disandingkan dan memiliki kelebihan dari sisi materi dan keutamaannya dibanding zikir petang, yaitu dilaksanakan pada sore hari, jika dilaksanakan di masjid tanpa ada jedah keluar.
Keutamaan Zikir Pagi
Terdapat banyak hadits, atsar yang menjelaskan tentang keutamaan zikir pagi, terlebih jika dilaksanakan tepat setelah berjamaah salat shubuh hingga masuk waktu dhuha (memasuki posisi matahari sepenggalah) tanpa jedah. Ulama salaf juga mengatakan, zikir di waktu ini selain dengan panduan zikir pagi, bisa juga diisi dengan materi lain yang nilainya sederajat semisal pengadaan pengajian atau majlis ilmu, atau berupa tadabbur dan tafakkur ayat-ayat Allah qauliyah atau kauniyah. Selagi kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam masjid dan tidak keluar dengan tanpa hajat dari rentang waktu tersebut dan dilanjutkan melaksanaman salat dua rakaat, maka terdapat keutamaan keutanaan tersendiri, yaitu berupa ganjaran pahala sederajat haji atau haji dan umroh.
Hadits: “barangsiapa yang mengerjakan sholat subuh dengan berjamaah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan sholat sunnah dhuha (di awal waktu, syuruq), maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh secara sempurna.” (HR. Thabrani)
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى الغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
Dari Anas bin Malik RA dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang Salat Shubuh berjamaah, kemudian dia duduk, dalam riwayat lain: dia menetap di masjid, untuk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia sholat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah, sempurna sempurna sempurna.” (HR Tirmidzi).
Kemudian: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: المَلاَئِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ، مَا لَمْ يُحْدِثْ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ،
“Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah seorang di antara kalian selama dia berada di masjid tempat melakukan sholat, hal ini selama dia wudhunya belum batal, (para malaikat) berkata: `Ya Allah, ampunilah dia, ya Allah, sayangilah dia. (Riwayat Imam Ahmad dari Abu Hurairah RA).
Perlu diingat bahwa aktivitas yang dimaksud adalah terkecualikan salat sunnat. Sebab waktu setelah salat setelah pelaksanaan salat wajib subuh adalah satu diantara tiga waktu terlarang untuk salat, yaitu selain saat matari berada tepat di atas kepala manusia atau disebut istiwaa’ dan pagi waktu sore/petang hari. Maka perbanyaklah ibadah sebagaimana zikir pagi yang dicontohkan nabi, berupa ayat al-Qur’an dan do’a-do’a dari Hadits Nabi, atau melaksanakan muzakarah, intinya selain ibadah salat.
Jika terdesak atau tidak memungkinkan untuk melaksanakan zikir pagi di masjid untuk meraih keutamaan sebagaimana tersebut di atas lantaran ada hajat atau halangan tertentu, maka tidak mengapa dilakukan di lain tempat karena sifat sunnahnya berupa mengikat (mu’akkad) namun terdapat illat untuk pelaksanaan zikirnya sendiri.
Keutamaan Zikir Pagi
Terdapat banyak hadits, atsar yang menjelaskan tentang keutamaan zikir pagi, terlebih jika dilaksanakan tepat setelah berjamaah salat shubuh hingga masuk waktu dhuha (memasuki posisi matahari sepenggalah) tanpa jedah. Ulama salaf juga mengatakan, zikir di waktu ini selain dengan panduan zikir pagi, bisa juga diisi dengan materi lain yang nilainya sederajat semisal pengadaan pengajian atau majlis ilmu, atau berupa tadabbur dan tafakkur ayat-ayat Allah qauliyah atau kauniyah. Selagi kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam masjid dan tidak keluar dengan tanpa hajat dari rentang waktu tersebut dan dilanjutkan melaksanaman salat dua rakaat, maka terdapat keutamaan keutanaan tersendiri, yaitu berupa ganjaran pahala sederajat haji atau haji dan umroh.
Hadits: “barangsiapa yang mengerjakan sholat subuh dengan berjamaah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan sholat sunnah dhuha (di awal waktu, syuruq), maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh secara sempurna.” (HR. Thabrani)
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى الغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
Dari Anas bin Malik RA dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang Salat Shubuh berjamaah, kemudian dia duduk, dalam riwayat lain: dia menetap di masjid, untuk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia sholat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah, sempurna sempurna sempurna.” (HR Tirmidzi).
Kemudian: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: المَلاَئِكَةُ تُصَلِّي عَلَى أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ، مَا لَمْ يُحْدِثْ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ،
“Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah seorang di antara kalian selama dia berada di masjid tempat melakukan sholat, hal ini selama dia wudhunya belum batal, (para malaikat) berkata: `Ya Allah, ampunilah dia, ya Allah, sayangilah dia. (Riwayat Imam Ahmad dari Abu Hurairah RA).
Perlu diingat bahwa aktivitas yang dimaksud adalah terkecualikan salat sunnat. Sebab waktu setelah salat setelah pelaksanaan salat wajib subuh adalah satu diantara tiga waktu terlarang untuk salat, yaitu selain saat matari berada tepat di atas kepala manusia atau disebut istiwaa’ dan pagi waktu sore/petang hari. Maka perbanyaklah ibadah sebagaimana zikir pagi yang dicontohkan nabi, berupa ayat al-Qur’an dan do’a-do’a dari Hadits Nabi, atau melaksanakan muzakarah, intinya selain ibadah salat.
Jika terdesak atau tidak memungkinkan untuk melaksanakan zikir pagi di masjid untuk meraih keutamaan sebagaimana tersebut di atas lantaran ada hajat atau halangan tertentu, maka tidak mengapa dilakukan di lain tempat karena sifat sunnahnya berupa mengikat (mu’akkad) namun terdapat illat untuk pelaksanaan zikirnya sendiri.