Negara Rugi Miliaran, Pasangan Bawa Flare Bromo Santai di Depan Polisi
Daftar Isi
KONTENISLAM.COM - Negara mengalami kerugian besar akibat ulah calon pengantin yang prewedding dengan membawa flare hingga memicu kebakaran kawasan Gunung Bromo. Pemadaman kebakaran lahan dan hutan dengan water bombing harus menelan biaya hingga miliaran rupiah.
Kebakaran ini dipicu flare yang dibawa calon pengantin ini terjatuh hingga percikan apinya mengenai rumput kering. Akibatnya, percikan api menyambar rerumputan lainnya dan menyebabkan kebakaran meluas.
Dari keterangan saksi, calon pengantin dan kru yang tergabung wedding organizer malah tak terlihat panik. Bukannya memadamkan atau melapor ke petugas, mereka justru melihat ulang foto-foto yang barusan diambil.
Diketahui, biaya untuk memadamkan kebakaran ini cukup besar. Sebagai gambaran, biaya itu sempat disampaikan oleh Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto. Suharyanto menjelaskan, biaya yang harus dikeluarkan pemerintah untuk 1 jam water bombing itu saat berkunjung ke Pasuruan beberapa waktu lalu.
"Mungkin banyak yang belum tahu, water bombing itu, 1 jam itu biayanya 11.500 Us Dollar. Atau sekitar Rp 150 juta itu," ujar Suharyanto di Pasuruan, Jumat (8/9).
Dia mengatakan, biaya untuk water bombing melibatkan helikopter Super Puma lebih mahal lagi. Karena itu dia tegaskan upaya udara seharusnya langkah terakhir. Sementara pemadaman api di Bromo menggunakan heli Super Puma yang disebut mahal.
"Belum yang Super Puma itu, lebih mahal lagi. Makanya operasi udara ini jalan terakhir, operasi darat dulu laksanakan, jangan nunggu api besar," ujarnya.
Dari catatan detikJatim, pada Minggu, water bombing dilakukan sebanyak 5 kali atau kurang lebih dua jam, lalu pada Senin (11/9/2023), water bombing dilakukan sebanyak 17 kali selama lebih dari 6 jam. Hitungan kasar, water bombing menghabiskan dana lebih dari Rp 1,2 miliar.
Kebakaran Bromo ini juga berdampak pada flora fauna yang rusak, wisata yang harus ditutup dan berimbas pada pelaku jasa wisata di Bromo hingga menyebabkan akses air bersih warga rusak dan terancam kekeringan.
Namun, bukannya menyesal, calon pengantin dan krunya justru tampak santai. Tak ada raut penyesalan pada mereka.
Ini terlihat pada kemarin (12/9) saat Sat Reskrim Polres Probolinggo kembali memanggil 5 orang dikenakan wajib lapor atas insiden kebakaran ini. Mereka tampak santai saat mendatangi Polres Probolinggo.
5 orang itu terdiri 3 kru dan sepasang pengantin. Mereka tiba pukul 08.00 WIB dan menjalani pemeriksaan satu per satu di Ruang Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipidter). Hingga pukul 16.00 WIB, pemeriksaan belum selesai.
Dari pantauan detikJatim, ke-5 saksi yang diperiksa itu hanya tertunduk lesu dan fokus bermain HP menunggu giliran diperiksa. Aksi membawa flare itu membuat 274 hektar kawasan Bromo terbakar.
Kasatreskrim Polres Probolinggo AKP Achmad Doni Meidianto mengaku ke-5 saksi yang dikenakan wajib lapor juga menjalan pemeriksaan lanjutan. Untuk penambahan saksi, hingga saat ini masih belum dilakukan.
"Sebelumnya memang dikenakan wajib lapor karena pertimbangan statusnya masih sebagai saksi. Dan hari ini kembali kami lakukan pemeriksaan, seperti yang tadi sudah dilihat di depan ruangan penyidik," kata Doni saat ditemui di ruangannya.
Pemeriksaan kali ini, menurut Doni, lebih difokuskan untuk mengetahui peran masing-masing. Polisi juga sudah memeriksa saksi tambahan yakni TNBTS dan sopir Jeep.
"Sopir Jeep yang membawa mereka masuk ke kawasan TNBTS sudah kami keterangan. Untuk lain-lainnya, masih belum bisa kami beberkan, karena fokus kami ke pemeriksaan," ungkap Doni.
Diketahui, polisi telah menetapkan salah satu wisatawan berinisial AW (41) asal Kabupaten Lumajang sebagai tersangka. Dia adalah manajer atau penanggung jawab Wedding Organizer yang disewa oleh calon pengantin asal Surabaya yang turut serta dalam rombongan itu.
5 Orang lainnya masih berstatus saksi, di antaranya pasangan pengantin berinisial HP (39) pengantin pria asal Kelurahan Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari, Kota Surabaya dan pengantin wanita PMP (26) asal Kelurahan Lrorok Pakjo, Kecamatan Ilir Barat 1, Kota Palembang.
Lalu MGG (38) selaku crew pre wedding asal Kelurahan Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari Kota Surabaya, ET (27) crew pre wedding asal Kelurahan Klampis Ngasem, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya dan ARVD (34) selaku juru rias asal Kelurahan/Kecamatan Tandes, Kota Surabaya.[detik]