Mantan Pilot Ungkap Teori Mengerikan di Balik Hilangnya Pesawat MH370
Daftar Isi
KONTENISLAM.COM - Hilangnya pesawat Malaysian Airlines MH370 10 tahun lalu masih menjadi misteri hingga hari ini.
Belum ada kabar mengenai apa yang menimpa 239 orang yang berada di dalam pesawat.
Penerbangan dari Kuala Lumpur menuju Beijing mendadak terhenti dan hilang di tengah jalan. Tidak ada yang tahu di mana pesawat tersebut.
Seorang mantan pilot menyampaikan analisis serius tentang apa yang terjadi di pesawat MH370 sebelum hilang.
Dalam sebuah wawancara untuk film dokumenter Sky News MH370: Ten Years On, mantan kapten Qantas Mike Glynn mengatakan bahwa akan mudah dan cepat untuk mengeluarkan semua orang hanya dengan menekan tombol.
Menurutnya, sangat mudah pula untuk memutus aliran oksigen di dalam kabin sehingga bisa membunuh para penumpang.
"Saat Anda membuka katup ini, tekanan udara pesawat akan turun dengan sangat cepat," kata Glynn sambil menunjuk ke katup aliran keluar yang mengontrol pelepasan udara untuk memberi tekanan pada kabin.
Menurut Glynn, para penumpang dan awak pesawat mungkin saja sudah tidak berdaya sebelum mereka mengetahui apa yang terjadi.
Salah satu teori yang beredar menyebut hilangnya MH370 merupakan kasus pembunuhan atau bunuh diri oleh kapten Zaharie Ahmad Shah (53) yang memimpin penerbangan tersebut. Namun teori itu tidak pernah dikonfirmasi oleh otoritas berwenang.
Penerbangan tersebut berangkat sekitar pukul 17.00 dengan 12 awak dan 227 penumpang dari 14 negara, termasuk 153 orang dari China.
Sekitar pukul 17.20, Kapten menanggapi kontrol lalu lintas udara Malaysia, dengan menyatakan: "...hubungi Ho Chi Minh (...) selamat malam."
Pesawat segera setelah itu menjadi "gelap" sebelum beralih kembali ke Malaysia, berlawanan arah dari jalur penerbangan yang dimaksudkan.
Pencarian besar-besaran terhadap pesawat tersebut gagal menyampaikan berita apapun kepada keluarga mereka yang hilang.
Tahun lalu, sebuah laporan menyatakan bahwa pesawat tersebut ada di 1.560 km sebelah barat Perth.
Klaim tersebut, yang dituangkan dalam laporan setebal 229 halaman, didasarkan pada "terobosan" teknologi radio yang dipimpin oleh para peneliti dari University of Western Australia.
Sumber: CNBC