Ramalan Peneliti Asing Soal Ekonomi RI di Tahun Terakhir Jokowi
Daftar Isi
KONTENISLAM.COM - Lembaga pemeringkat Moody's memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 masih akan bergerak di level 5,1%.
Ditopang oleh kuatnya potensi pertumbuhan kredit, meski tren suku bunga acuan Bank Indonesia tengah tinggi.
"Kami masih menargetkan pertumbuhan PDB riil Indonesia sebesar 5,1% pada 2024," kata Senior Vice President Moody's Ratings Eugene Tarzimanov dalam program Power Lunch CNBC Indonesia, dikutip Senin (13/5/2024).
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Moody's itu sedikit lebih rendah dari perkiraan pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini.
Pemerintah dalam asumsi makro APBN 2024 menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 5,2%.
Eugene mengatakan, penyaluran kredit perbankan di Indonesia masih akan sangat kuat, karena permintaan kredit masih tinggi, terutama untuk sektor-sektor seperti manufaktur hingga agrikultur yang ia perkirakan akan memperoleh berkah dari fluktuasi harga komoditas.
Ia memperkirakan, pertumbuhan kredit di Indonesia pada tahun ini masih akan tumbuh di kisaran 10% sampai dengan 12%.
Per Maret 2024, OJK pun telah mencatat pertumbuhan penyaluran kredit perbankan mencapai 12,4% secara tahunan dari Februari 2024 yang tumbuh 11,28%.
"Jadi menurut saya ekspansi ekonomi di negara ini mendukung permintaan kredit, meskipun tingkat suku bunga akan sedikit lebih tinggi," ucap Eugene.
Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia pada April 2024 telah menaikkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis points menjadi 6,25%.
Imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara signifikan sejak 16 April 2024.
Eugene mengatakan, tren suku bunga acuan tinggi masih akan terjadi hingga 2026.
Seiring dengan potensi arah kebijakan higher for longer bank sentral AS atau The Federal Reserve yang akan terus berlangsung dalam waktu yang lama.
"Tingkat suku bunga secara global, termasuk di pasar negara berkembang (emerging markets) akan tetap tinggi hingga 2025-2026," tutur Eugene.
Namun, ia menekankan, perbankan di Indonesia tidak akan menaikkan suku bunga kredit, meskipun tren suku bunga acuan bank sentral dunia masih akan tinggi hingga 2026.
Ini karena suku bunga kredit perbankan di Indonesia sudah sangat tinggi, dan bahkan telah mencapai batas tertingginya.
Karena itu, bank di Indonesia akan sulit untuk menaikkan suku bunga kreditnya ke depan.
"Karena menjadi terlalu mahal untuk dipinjamkan kepada klien dan saya pikir apa yang kita lihat di Indonesia penetapan nilai kredit (credit pricing) sudah mencapai batasnya," kata Eugen.
Sumber: CNBC
Ditopang oleh kuatnya potensi pertumbuhan kredit, meski tren suku bunga acuan Bank Indonesia tengah tinggi.
"Kami masih menargetkan pertumbuhan PDB riil Indonesia sebesar 5,1% pada 2024," kata Senior Vice President Moody's Ratings Eugene Tarzimanov dalam program Power Lunch CNBC Indonesia, dikutip Senin (13/5/2024).
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Moody's itu sedikit lebih rendah dari perkiraan pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini.
Pemerintah dalam asumsi makro APBN 2024 menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 5,2%.
Eugene mengatakan, penyaluran kredit perbankan di Indonesia masih akan sangat kuat, karena permintaan kredit masih tinggi, terutama untuk sektor-sektor seperti manufaktur hingga agrikultur yang ia perkirakan akan memperoleh berkah dari fluktuasi harga komoditas.
Ia memperkirakan, pertumbuhan kredit di Indonesia pada tahun ini masih akan tumbuh di kisaran 10% sampai dengan 12%.
Per Maret 2024, OJK pun telah mencatat pertumbuhan penyaluran kredit perbankan mencapai 12,4% secara tahunan dari Februari 2024 yang tumbuh 11,28%.
"Jadi menurut saya ekspansi ekonomi di negara ini mendukung permintaan kredit, meskipun tingkat suku bunga akan sedikit lebih tinggi," ucap Eugene.
Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia pada April 2024 telah menaikkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis points menjadi 6,25%.
Imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara signifikan sejak 16 April 2024.
Eugene mengatakan, tren suku bunga acuan tinggi masih akan terjadi hingga 2026.
Seiring dengan potensi arah kebijakan higher for longer bank sentral AS atau The Federal Reserve yang akan terus berlangsung dalam waktu yang lama.
"Tingkat suku bunga secara global, termasuk di pasar negara berkembang (emerging markets) akan tetap tinggi hingga 2025-2026," tutur Eugene.
Namun, ia menekankan, perbankan di Indonesia tidak akan menaikkan suku bunga kredit, meskipun tren suku bunga acuan bank sentral dunia masih akan tinggi hingga 2026.
Ini karena suku bunga kredit perbankan di Indonesia sudah sangat tinggi, dan bahkan telah mencapai batas tertingginya.
Karena itu, bank di Indonesia akan sulit untuk menaikkan suku bunga kreditnya ke depan.
"Karena menjadi terlalu mahal untuk dipinjamkan kepada klien dan saya pikir apa yang kita lihat di Indonesia penetapan nilai kredit (credit pricing) sudah mencapai batasnya," kata Eugen.
Sumber: CNBC