Relawan Eko Sulistio Menangis Ceritakan Nasib Anak-anak Korban Perang di Palestina
Daftar Isi
KONTENISLAM.COM - Air mata Eko Sulistio, tak berhenti mengalir saat menceritakan proses evakuasi para penduduk Palestina, dari serangan Israel.
Suara Eko tendengar lirih, ketika menyebut nama Muhammad, seorang anak berusia 12 tahun, pengidap kangker darah dari Palestina.
Muhammad yang juga menjadi salah satu korban serangan zionis Israel, ternyata hanya tinggal berdua dengan sang nenek.
Sementara, keluarga, saudara hingga kedua orangtuanya, telah tiada.
"Semua dihancurkan, dan ketika kami evakuasi, dia (Muhammad) hanya menggunakan baju yang nempel di badan aja. Betapa kejamnya zionis Israel," ucap Eko sambil menangis tersedu saat diwawancarai melalui telepon, Sabtu (4/5/2024).
Eko Sulistio, merupakan seorang relawan kemanusiaan dari Indonesia, yang saat ini tengah membantu warga Palestina, yang mengungsi di Yordania.
Suasana tegang, takut, dan tangis, kerap kali dirasakan warga asal Jakarta Timur itu, saat berupaya mengevakuasi korban perang, yang didominasi oleh anak-anak.
Di tengah suara tembakan dan bom yang terus berkecamuk, Eko dan relawan lainnya tak gentar, demi mengevakuasi korban selamat.
"Saya tadi mengevakuasi anak-anak Gaza kurang lebih ada 90 orang, yang mana mereka dalam perawatan di rumah sakit," kata Eko.
"Jadi mereka dievakuasi dari rumah sakit yang sudah tidak sanggup lagi menangani, sudah angkat tangan," tambahnya.
Terkini, kurang lebih sebanyak 4,5 juta jiwa warga Palestina, mengungsi di Yordania.
Setiap hari, Eko dan relawan lainnya membantu memenuhi kebutuhan sandang dan pangan, para pengungsi Palestina.
Dia juga bertugas, untuk mengurusi bantuan yang masuk dari Indonesia, baik berupa makanan, obat-obatan, uang, hingga pakaian.
Bantuan itu, dia dapat dari berbagai lembaga amal di Indonesia, hingga perseorangan.
Seluruh bantuan yang dia dapat dari Indonesia, kemudian didistribusikan melalui jalur udara, dan jalur darat.
"Saya bawa ke Yordania, lalu saya distribusikan, ada melalui jalur udara, ada melalui jalur darat, pakai truk ke jalur Gaza," ungkapnya.
Meski begitu, terdapat tantangan lain yang harus di hadapi Eko dan relawan lainnya, kala mendistribusikan seluruh bantuan yang telah didapatkannya.
Tantangan terbesarnya adalah, sulitnya perizinan, untuk masuk ke daerah konflik.
Di tambah lagi, bantuan yang dibawa menggunakan truk, melalui jalur Gaza itu, kerap dihancurkan bahkan dijarah oleh para tentara Israel.
"Tepung kita bawa pakai truk, truknya dirusak, dihancurin, jadinya juga sewa truknya mahal, pintu perbatasan ditutup, susahnya di situ. Bantuan kemanusiaan tidak diberi kebebasan," ungkap Eko.
Satu-satunya cara yang paling efektif untuk menyalurkan bantuan, yaitu melalui jalur udara, dengan sistem air drop.
Namun kata Eko, pendistribusian bantuan menggunakan pesawat membutuhkan biaya yang sangat mahal.
"Kemudian kalau lewat udara memang salah satu pilihan yang paling efektif, enggak ada pilihan lain, tapi jalur udara sangat mahal, payung terjun itu harganya berapa," ucapnya.
Namun begitu, ada secercah harapan yang bisa digapai para relawan, yakni mendistribusikan bantuan itu melalui jalur baru, dari Yordania.
Dia berharap, jalur yang baru dibuka ini bisa memberikan para relawan kebebasan, untuk mendistribusikan bantuannya.
"Mudah-mudahan ada jalur darat yang baru dibuka lewat Yordania, dan itu bisa bebas masuk, mudah-mudahan itu yang bisa lebih memudahkan," papar Eko.
Eko menambahkan, bantuan yang paling dibutuhkan para pengungsi Palestina, yaitu fasilitas kesehatan, dan hak kehidupan dasar.
"Untuk saat ini tentunya hak kehidupan dasar ya, dia butuh sandang, pangan, bahan minuman, fasilitas kesehatan," ujar Eko.
"Sebagai contoh tadi saudara kita dari Gaza datang ke sini cuma bawa pakaian yang di badan aja, nah pakaian mereka butuhkan, bahan pangan tentu saja, ya hak hidup dasar aja," pungkasnya.
Sumber: Tribun
Suara Eko tendengar lirih, ketika menyebut nama Muhammad, seorang anak berusia 12 tahun, pengidap kangker darah dari Palestina.
Muhammad yang juga menjadi salah satu korban serangan zionis Israel, ternyata hanya tinggal berdua dengan sang nenek.
Sementara, keluarga, saudara hingga kedua orangtuanya, telah tiada.
"Semua dihancurkan, dan ketika kami evakuasi, dia (Muhammad) hanya menggunakan baju yang nempel di badan aja. Betapa kejamnya zionis Israel," ucap Eko sambil menangis tersedu saat diwawancarai melalui telepon, Sabtu (4/5/2024).
Eko Sulistio, merupakan seorang relawan kemanusiaan dari Indonesia, yang saat ini tengah membantu warga Palestina, yang mengungsi di Yordania.
Suasana tegang, takut, dan tangis, kerap kali dirasakan warga asal Jakarta Timur itu, saat berupaya mengevakuasi korban perang, yang didominasi oleh anak-anak.
Di tengah suara tembakan dan bom yang terus berkecamuk, Eko dan relawan lainnya tak gentar, demi mengevakuasi korban selamat.
"Saya tadi mengevakuasi anak-anak Gaza kurang lebih ada 90 orang, yang mana mereka dalam perawatan di rumah sakit," kata Eko.
"Jadi mereka dievakuasi dari rumah sakit yang sudah tidak sanggup lagi menangani, sudah angkat tangan," tambahnya.
Terkini, kurang lebih sebanyak 4,5 juta jiwa warga Palestina, mengungsi di Yordania.
Setiap hari, Eko dan relawan lainnya membantu memenuhi kebutuhan sandang dan pangan, para pengungsi Palestina.
Dia juga bertugas, untuk mengurusi bantuan yang masuk dari Indonesia, baik berupa makanan, obat-obatan, uang, hingga pakaian.
Bantuan itu, dia dapat dari berbagai lembaga amal di Indonesia, hingga perseorangan.
Seluruh bantuan yang dia dapat dari Indonesia, kemudian didistribusikan melalui jalur udara, dan jalur darat.
"Saya bawa ke Yordania, lalu saya distribusikan, ada melalui jalur udara, ada melalui jalur darat, pakai truk ke jalur Gaza," ungkapnya.
Meski begitu, terdapat tantangan lain yang harus di hadapi Eko dan relawan lainnya, kala mendistribusikan seluruh bantuan yang telah didapatkannya.
Tantangan terbesarnya adalah, sulitnya perizinan, untuk masuk ke daerah konflik.
Di tambah lagi, bantuan yang dibawa menggunakan truk, melalui jalur Gaza itu, kerap dihancurkan bahkan dijarah oleh para tentara Israel.
"Tepung kita bawa pakai truk, truknya dirusak, dihancurin, jadinya juga sewa truknya mahal, pintu perbatasan ditutup, susahnya di situ. Bantuan kemanusiaan tidak diberi kebebasan," ungkap Eko.
Satu-satunya cara yang paling efektif untuk menyalurkan bantuan, yaitu melalui jalur udara, dengan sistem air drop.
Namun kata Eko, pendistribusian bantuan menggunakan pesawat membutuhkan biaya yang sangat mahal.
"Kemudian kalau lewat udara memang salah satu pilihan yang paling efektif, enggak ada pilihan lain, tapi jalur udara sangat mahal, payung terjun itu harganya berapa," ucapnya.
Namun begitu, ada secercah harapan yang bisa digapai para relawan, yakni mendistribusikan bantuan itu melalui jalur baru, dari Yordania.
Dia berharap, jalur yang baru dibuka ini bisa memberikan para relawan kebebasan, untuk mendistribusikan bantuannya.
"Mudah-mudahan ada jalur darat yang baru dibuka lewat Yordania, dan itu bisa bebas masuk, mudah-mudahan itu yang bisa lebih memudahkan," papar Eko.
Eko menambahkan, bantuan yang paling dibutuhkan para pengungsi Palestina, yaitu fasilitas kesehatan, dan hak kehidupan dasar.
"Untuk saat ini tentunya hak kehidupan dasar ya, dia butuh sandang, pangan, bahan minuman, fasilitas kesehatan," ujar Eko.
"Sebagai contoh tadi saudara kita dari Gaza datang ke sini cuma bawa pakaian yang di badan aja, nah pakaian mereka butuhkan, bahan pangan tentu saja, ya hak hidup dasar aja," pungkasnya.
Sumber: Tribun