Dibekingi Iran, Militan Irak Ancam Arab Saudi, Minta Tak Manfaatkan Jalur Darat ke Israel
Daftar Isi
KONTENISLAM.COM - Kelompok militan di Irak yang dibekingi Iran, Kataib Hizbullah, mengeluarkan ancaman terhadap Arab Saudi.
Kataib Hizbullah menyebut Arab Saudi sebagai "Kerajaan Jahat". Kelompok itu memperingatkan konsekuensi yang bakal dihadapi Saudi atas dugaan perannya dalam konflik Israel-Gaza.
Ancaman turut disampaikan kepada Bahrain dan Uni Emirat Arab, dua negara yang menormalisasi hubungannya dengan Israel lewat Perjanjian Abraham.
Kelompok tersebut meminta perlawanan terhadap Israel dikuatkan. Selain itu, Kataib Hizbullah meminta adanya dukungan yang lebih besar untuk Gaza.
Kataib Hezbollah menyebut Arab Saudi akan "membayar" tindakannya yang memanfaatkan rute darat ke Israel.
Mereka mengecam pembuatan jalur darat sebagai alternatif jalur laut ke Israel.
Iran International menyebut pernyataan Kataib Hizbullah memperlihatkan bahwa bisa terjadi lagi pertikaian baru antara Iran dan Saudi.
Kataib Hizbullah menjadi bagian dari koalisi kelompok militan bernama Perlawanan Islam di Irak.
Dengan dibekingi Iran, kelompok itu melancarkan serangan roket dan pesawat nirawak terhadap Israel dan AS sejak perang di Gaza berkobar.
Adapun AS sudah menjatuhkan sanksi kepada Kataib Hizbullah sejak tahun 2009 karena hubungannya dengan Korps Garda Revolusioner Iran dan keterlibatannya dalam serangan yang menargetkan AS.
Di sisi lain, hubungan antara Iran dan Arab Saudi mulai membaik. Keduanya sudah sepakat untuk melakukan normalisasi hubungan pada bulan Maret 2023.
Laman Foundation for Defense of Democracies (FDD) menyebut Kataib Hizbullah juga mengecam Israel yang melancarkan serangan udara di Gaza selatan beberapa hari lalu.
Kelompok itu mengancam akan melanjutkan eskalasi.
"Zionis hanya memahami bahasa senjata, apa yang diambil secara paksa hanya akan bisa dikembalikan secara paksa, yang memerlukan peningkatan laju operasi," katanya.
Seth J. Frantzman, seorang adjunct fellow di FDD, meminta ancaman Kataib Hizbullah ditanggapi serius.
"Kelompok yang dibekingi Iran itu memiliki kaitan erat dengan Korps Garda Revolusioner Iran dan pada masa silam telah berada di posisi depat dalam ancaman Iran terhadap sekutu AS di kawasan itu," ujar Frantzman.
Dia ragu bahwa Kataib Hizbullah dan Houthi akan mengeluarkan ancaman terhadap Arab Saudi tanpa berkoordinasi dulu dengan Iran.
"Seperti yang sering terjadi dalam kasus di kawasan itu, Iran tampaknya akan menggunakan jaringan proksi dan kliennya untuk menekan Arab Saudi."
Sejak sebulan lalu Kataib Hizbullah meningkatkan serangan ke Israel.
Pada hari Sabtu, (13/7/2024), sirine meraung-raung di Eilat, sebuah kota pelabuhan di Israel selatan.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan sistem pertahanan udaranya menangkis dua target yang datang dari "timur". Hal seperti itu biasanya merujuk pada serangan milisi di Irak.
Adapun beberapa hari sebelumnya kelompok Houthi di Yaman mengklaim telah bekerja sama dengan milisi Irak untuk melancarkan serangan.
Kataib Hizbullah turut mengecam Amerika Serikat (AS) yang disebutnya jahat. Menurut kelompok itu, AS turut serta dalam pembunuhan warga Gaza.
"Berpartisipasi dalam pembunuhan rakyat Palestina dengan mendukung para Zionis dan mengirimi mereka ribuan ton bom untuk melakukan pembantaian," kata Kataib Hizbullah.
Houthi Peringatkan Arab Saudi
Arab Saudi juga mendapat peringatan dari Houthi yang membantu Gaza dengan cara menyerang kapal-kapal terafiliasi Israel.
Houthi menuding Arab Saudi membantu AS dalam melawan operasi Houthi. Menurut Houthi, situasi seperti itu adalah suatu "kebodohan".
Dilansir Al Mayadeen, pemimpin Houthi yang bernama Abdul-Malik al-Houthi, mengatakan AS berusaha melibatkan Arab Saudi dalam melancarkan agresi dan eskalasi terhadap Yaman melalui sektor ekonomi.
Dia menyebut keputusan Arab Saudi untuk memblokade penerbangan dari Bandara Sanaa di Yaman adalah hal yang tak bisa diterima sepenuhnya.
Di samping itu, dia mengecam hasutan Inggris dan AS serta menyindir pedas tindakan Arab Saudi yang menargetkan bank, lembaga keuangan swasta, dan perusahaan.
Menurut Abdul-Malik, tindakan itu tidak adil dan tidak bisa ditoleransi.
"Tindakan agresif kalian sejalan dengan perintah AS yang bertujuan untuk menguntungkan Israel, dan semua upaya untuk memaksa kami menarik dukungan bagi Gaza itu sia-sia."
"Peringatkan kami kepada Arab Saudi pada awal tahun Hijriah ini serius dalam setiap perkataan."
Sumber: tribunnews