Misi Misterius: Beberapa Tokoh Muda NU ke Israel, Ada Apa Dibaliknya?

Daftar Isi
Misi Misterius: Beberapa Tokoh Muda NU ke Israel, Ada Apa Dibaliknya?

KONTENISLAM.COM - Beberapa tokoh muda Nahdliyin menekankan pentingnya inisiasi perdamaian dari kedua belah pihak yang bertikai, serta pentingnya rekonsiliasi dan proaktif dalam proses perdamaian.

Namun, kunjungan yang dilakukan oleh beberapa tokoh muda Nahdliyin ke Israel justru menunjukkan sikap yang kontradiktif dengan apa yang mereka sampaikan.

Israel, sebagai pihak yang terlibat dalam penindasan terhadap Palestina, tidak sejalan dengan semangat perdamaian yang diusung.

Kunjungan ini dapat dilihat sebagai bentuk pengakuan atau legitimasi terhadap tindakan Israel, yang bertentangan dengan semangat rekonsiliasi yang seharusnya tidak hanya berupa retorika.

Perang di Gaza telah menewaskan banyak korban, termasuk warga sipil, anak-anak, dan perempuan. Serangan yang dilancarkan oleh militer Israel sering kali menargetkan wilayah sipil dan menyebabkan kerusakan infrastruktur yang sangat parah.

Penjajahan atas Palestina telah berlangsung lama, menyebabkan penderitaan berkepanjangan bagi rakyat Palestina.

Dengan melakukan kunjungan ke Israel tanpa menyuarakan penderitaan rakyat Palestina secara jelas, para tokoh muda Nahdliyin ini tampaknya tidak sensitif terhadap realitas yang terjadi di lapangan.

Hal ini dapat diartikan sebagai bentuk pengabaian terhadap kesengsaraan yang dialami oleh rakyat Palestina.

Selain itu, secara psikologis, dapat dilihat dari foto-foto mereka yang tersenyum di belakang Presiden Israel, jalan-jalan di Israel, dan sebagainya. Ini menunjukkan kurangnya rasa sensitif terhadap apa yang terjadi di Palestina.

Mereka seharusnya sangat menyadari kondisi apa yang terjadi di Palestina, namun tindakan mereka seolah mengabaikan penderitaan yang dialami oleh rakyat Palestina.

Para tokoh ini juga mengkritik elit politik perlawanan Palestina yang cenderung memilih perang karena kerakusan dan kepentingan pribadi, mengorbankan rakyat kecil yang tak berdosa.

Namun, kunjungan ini bisa dipandang sebagai tindakan yang justru sejalan dengan elit politik yang mereka kritik.

Mengunjungi Israel di tengah konflik yang belum terselesaikan dan tanpa langkah nyata untuk membantu menyelesaikan konflik ini bisa dianggap sebagai bentuk kepentingan pribadi atau kelompok yang tidak memperhatikan penderitaan rakyat Palestina.

Selain itu, diketahui bahwa salah satu anggota yang hadir juga mengkritik dan menfitnah para pejuang Hamas dalam khutbah Jumat, dengan tuduhan bahwa mereka tidak peduli terhadap rakyat Palestina.

Tuduhan ini menambah kontradiksi, karena menunjukkan kurangnya solidaritas dan pemahaman terhadap perjuangan rakyat Palestina yang sesungguhnya.

Kunjungan ini dilakukan secara diam-diam, yang menambah kontradiksi. Tindakan ini menimbulkan kecurigaan dan ketidakpercayaan di kalangan masyarakat, karena langkah-langkah penting seperti ini seharusnya dilakukan dengan transparansi dan keterbukaan.

Kunjungan secara diam-diam ini menunjukkan kurangnya rasa tanggung jawab dan keberanian untuk terbuka terhadap publik mengenai niat dan tujuan sebenarnya dari kunjungan tersebut.

Tokoh-tokoh muda Nahdliyin ini tidak memiliki posisi tawar yang kuat untuk memberikan solusi-solusi perdamaian yang nyata. Kunjungan mereka ke Israel tidak disertai dengan kapasitas atau mandat untuk mempengaruhi kebijakan Israel terhadap Palestina.

Mengunjungi Israel tanpa membawa agenda yang jelas dan tanpa dukungan internasional atau dari pihak Palestina hanya akan menjadi langkah simbolis yang tidak efektif dalam mencapai perdamaian.

Diketahui bahwa kunjungan ini dibiayai oleh Amerika dan juga difasilitasi oleh Israel. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang independensi dan keadilan dalam mengusung misi perdamaian. Bagaimana bisa mereka bersikap adil dan objektif jika kunjungan ini didanai oleh negara yang memiliki kepentingan dan hubungan erat dengan Israel?

Pembiayaan dari Amerika dan fasilitasi oleh Israel menunjukkan adanya kepentingan terselubung yang mungkin mempengaruhi sikap dan keputusan para tokoh muda Nahdliyin selama kunjungan ini.

Mereka mungkin berada dalam posisi yang sulit untuk benar-benar mengadvokasi perdamaian yang adil bagi Palestina.

Selain itu, pihak Nahdlatul Ulama (NU) juga menganggap mereka sebagai kelompok liar yang tidak mewakili NU.

Pernyataan ini semakin memperkuat pandangan bahwa kunjungan mereka tidak memiliki legitimasi dan dukungan resmi dari organisasi induk yang mereka klaim wakili.

Sebagai penulis, saya menyangsikan kemampuan mereka untuk mengunjungi Palestina dengan biaya mereka sendiri.

Kekhawatiran muncul bahwa mereka memanfaatkan kesempatan kunjungan ini untuk mendapatkan fasilitas dan akomodasi, yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan agenda-agenda terselubung.

Kelemahan finansial ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tersebut untuk menyusupkan agenda mereka melalui para tokoh Nahdlatul Ulama yang berkunjung ke Israel.

Akibatnya, mereka mungkin lebih tertarik untuk menerima fasilitas tersebut, mengabaikan sensitivitas terhadap perang yang sedang berlangsung di Gaza.

Jika benar ingin mempromosikan perdamaian, seharusnya langkah yang diambil adalah dengan berdialog dengan semua pihak, termasuk pihak Palestina yang menjadi korban.

Mengunjungi Israel tanpa mengkritisi tindakan mereka terhadap Palestina bisa diartikan sebagai bentuk legitimasi atas tindakan tersebut. Hal ini bertentangan dengan semangat perdamaian dan rekonsiliasi yang mereka tekankan.

Sebagai tokoh muda Nahdliyin, mereka seharusnya menjadi contoh dalam mengusung keadilan dan perdamaian. Mengambil sikap yang jelas terhadap penindasan dan ketidakadilan adalah bentuk tanggung jawab moral yang harus diemban.

Mengingat mereka tidak memiliki kapasitas resmi atau pengaruh langsung dalam kebijakan internasional, kunjungan ini tidak akan membawa perubahan signifikan. Sebaliknya, ini dapat merusak kredibilitas mereka di mata masyarakat yang melihat kunjungan ini sebagai tindakan yang tidak sensitif terhadap penderitaan rakyat Palestina.

Untuk memastikan integritas dalam upaya perdamaian, penting bagi para tokoh muda ini untuk menjaga independensi mereka dari pengaruh pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu. Mengambil dana dari Amerika dan difasilitasi oleh Israel untuk kunjungan ini merusak citra mereka sebagai mediator yang adil dan netral.

Untuk menyadarkan mereka tentang kontradiksi dalam tindakan mereka, penting untuk menekankan bahwa setiap langkah yang diambil harus konsisten dengan prinsip-prinsip yang diusung.

Mengutamakan perdamaian dan rekonsiliasi harus diwujudkan dalam tindakan nyata yang mendukung keadilan bagi semua pihak, terutama bagi mereka yang tertindas.

Dukungan terhadap perdamaian tidak bisa hanya berupa retorika, tetapi harus diikuti dengan langkah konkret yang menunjukkan komitmen terhadap nilai-nilai tersebut.

Menyadari bahwa mereka tidak memiliki posisi tawar yang kuat untuk memberikan solusi perdamaian, sebaiknya mereka fokus pada upaya yang lebih realistis dan efektif, seperti mendukung inisiatif-inisiatif internasional yang mendorong penyelesaian konflik dan memastikan bahwa suara rakyat Palestina juga didengar dalam proses tersebut.

Mengambil sikap yang tegas terhadap penindasan dan ketidakadilan adalah cara yang lebih tepat untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap perdamaian sejati.

Menjaga independensi dan tidak bergantung pada pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu akan memperkuat kredibilitas mereka dalam upaya ini. ***

sumber: kumparan

Ikuti kami di channel Whatsapp : https://whatsapp.com/channel/0029VaMoaxz2ZjCvmxyaXn3a | 

Ikuti kami di channel Telegram : https://t.me/kontenislam


Download Konten Islam Di PlayStore https://play.google.com/store/apps/details?id=com.cleova.android.kontenislam

Ikuti Kami Di Goole News : Google News Konten Islam

close